Kebutuhan Makan dan Minum Menurut Islam
4/7/20
Add Comment
Kebutuhan Makan dan Minum Menurut Islam - Manusia adalah mahkluk yang dI ciptakan oleh Allah dengan memiliki dua dimensi, yaitu dimensi jasmani dan rohani. Masing-masing memiliki kebutuhannya sendiri sendiri. Islam tidak memisahkan keduanya atau memprioritaskan yang satu di atas yang lain. Kedua duanya harus diperhatikan oleh manusia dan dicukupi kgbutuhannya. Kebutuhan rohani tidak mungkin dapat dlpenuhi jika jasmani kita dalam keadaan lemah atau lapar. Begitu pula kehidupan kita akan kering dan tak bermakna jika kita hanya mengejar pemenuhann kebutuhan jasmani.

Banyak sekali ayat atau hadis yang memerintahkan kita agar menyeimbangkan kedua kebutuhan ini. misalnya firman Allah dalam surat al-A'raf ayat 31:
وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
Artinya : ”Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan, sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. QS. Al-A’raf 7 : 31)
Juga firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 88:
وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلٗا طَيِّبٗاۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِيٓ أَنتُم بِهِۦ مُؤۡمِنُونَ
Artinya : "Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bartaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Q5. Al Maidah 5 : 88)
Perintah Allah agar kita makan dan minum dari apa yang diberikan Allah kepada kita, menunjukkan perhatian Allah akan kebutuhan dasar makhluk-Nya. Tetapi perintah agar kita jangan berlebih-lebihan dalam mencukupi kebutuhan itu, agar kita bertakwa kepada Allah (di ayat lain, bersyukur), menunjukkan sisi lain yang juga harus kita perhatikan, yaitu sisi spiritual. Manusia iangan hanya makan dan minum, tetapi juga beribadah kepada yang memberi makan dan minum itu, yaitu Allah.
Apa sajakah yang merupakan kebutuhan manusia? Para ahli dari berbagai disiplin ilmu telah merumuskan macam-macam kebutuhan manusia.
Di antaranya dalam ilmu ekonomi disebutkan bahwa kebutuhan manusia ada tiga tingkat, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Ketiga tingkat kebutuhan itu duniawi sifatnya.
Kebutuhan yang pertama, kebutuhan primer, meliputi kebutuhan akan pangan (makanan, minuman), sandang (pakaian), dan papan (rumah).
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang bersifat menunjang pemenuhan kebutuhan primer, misalnya perkakas dapur: piring dan gelas agar makan-minum lebih mudah, ranjang dan kasur agar tidur lebih nyaman, dan sebagainya.
Sedangkan kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang bersifat kemewahan yang dengan itu manusia bisa membedakan identitas atau status sosialnya dengan manusia lain. Contohnya keinginan untuk memiliki televisi, mobil, perabotan mewah, dan lain-lain.
Bermacam kebutuhan itu dibagi berdasarkan tingkatan tertentu, yang mensyaratkan bahwa kebutuhan primer (pokok) harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier.
Dalam ilmu psikologi, kebutuhan manusia dibagibagi ke dalam tingkatan yang lebih luas, meliputi baik kebutuhan jasmani maupun rohani.
Seorang ahli psikologi bemama Abraham Maslow telah merumuskan bermacam kebutuhan manusia yang dibaginya menjadi lima tingkat, dari yang paling dasar sampai yang paling tinggi.
Lima tingkat kebutuhan itu adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk memenuhi tuntutan fisik biologis seperti makan, minum, benafas, dan seks.
2) Kebutuhan akan rasa aman. Ini diwujudkan dengan menutupi tubuh dengan pakaian, membangun rumah, dan sebagainya.
3) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki sehingga menjadi manusia yang utuh
Masih Menurut Maslow, kebutuhan tingkat bawah harus dipenuhi terlebih dahulu dalam kadar yang cukup sebelum beranjak untuk memenuhi kebutuhan tingkat di atasnya. Bagaimana tidak, selama orang masih lapar, dia tidak akan peduli dengan keselamatannya. Banyak kita dengar kasus orang yang terpaksa mencuri atau bekerja di tempat yang berbahaya demi mencari sesuap nasi. Ada anak yang mengamen di perempatan jalan atau di terminal, padahal tempat semacam itu berbahaya bagi keselamatannya.
Bekerja di pertambangan, jauh di bawah tanah, itu berbahaya. Ceroboh sedikit bisa tertimpa longsoran tanah atau gas beracun. Tetapi demi mencari makan, banyak orang yang rela menempuh bahaya itu. Meskipun ada juga , dan banyak, orang yang sudah kenyang pun masih saja suka mencuri, mengambil yang bukan haknya, korupsi, dan sebagainya. Tetapi itu adalah orang yang di hatinya tersimpan penyakit. Dia tidak normal, setidaknya secara moral. Dan ini memerlukan penyembuhan pula.
Setelah manusia mencukupi kebutuhan biologisnya, rasa laparnya hilang dan dia tidak mempunyai kekhawatiran akan persediaan makanannya di hari esok, barulah manusia memikirkan keamanan dirinya. Mulailah dia menjaga agar makanan yang dimilikinya aman dan terhindar dari dirampas oleh orang lain yang lebih lapar. Dia mulai memikirkan bagaimana dia bisa berpakaian, memikirkan di mana dia harus tidur, kalau dia punya uang, dia memikirkan bagaimana menyimpan uangnya agar aman, dan seterusnya.
Kiranya, apa yang telah dirumuskan para ahli ilmu itu sejalan dengan pandangan Islam mengenai pentingnya kebutuhan jasmani. Islam menyuruh kita untuk berdoa demi kebahagiaan di dunia dan di akhirat, bukan di akhirat saja.
Nabi memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, padahal beliau tahu apa yang diperoleh dari negeri Cina waktu itu tentu bukanlah ilmu agama, tetapi ilmu dunia, ilmu perdagangan, ilmu tentang cara-cara membuat perkakas, perabotan, kertas, dan sebagainya.
Dua kebutuhan dasar itu, yakni kebutuhan fisiologis dan rasa aman, diafirmasi oleh Allah dalam AlQuran. Allah berfirman:
ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۢ
Artinya : ”Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. (QS. Al-Quraisy 106 :4)
Oleh karena itu, kebutuhan fisik, makan minum dan sebagainya, merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Itu adalah fitrah, dan Islam bukanlah agama yang menentang fitrah. Allah sebagai pencipta yang Mahasempurna mengerti akan kebutuhan ciptaan-Nya. Segala kebutuhan itu telah Dia sediakan secara lengkap di bumi. Manusia tinggal memanfaatkan ian mengolahnya dengan sebaik-baiknya, agar persediaan yang berlimpah ruah di bumi ini dapat mencukupi segala kebutuhannya.
Islam bukanlah agama yang bersikap ekstrem terhadap manusia. Islam tidak seperti ajaran lain yang menganggap tinggi perbuatan menyepi di hutan dengan makan minum seadaanya. Islam tidak mengizinkan manusia hidup membujang seumur hidup (rahbaniyah atau kerahiban) seperti terdapat dalam agama Kristen. Islam adalah agama yang mengutamakan keseimbangan, lahir dan batin, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat.
Dalam beberapa ayat, memang sering dikatakan bahwa kehidupan akhirat itu lebih utama daripada kehidupan dunia. Misalnya:
قُلۡ مَتَٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيلٞ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلًا
Artinya : ”Katakanlah, kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakqwa dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun”. (QS. An-Nisa 4 : 77).
Tetapi bukan berarti manusia lantas boleh menelantarkan kehidupannya di dunia. Tak ada akhirat tanpa dunia. Manusia menjalani kehidupan dunia terlebih dahulu. Tanpa menjalani kehidupan dunia dengan sebaik baiknya, berikut segala tuntutannya seperti makan minum, tidak mungkin manusia dapat sukses dalam kehidupannya di akhirat.
Oleh karena itulah, ketika memerintahkan manusia untuk makan dan minum, sebagaimana disebutkan dalam ayat yang telah disitir di atas, Allah selalu mengiringinya dengan perintah untuk bertakwa atau bersyukur sebagai tanda pengakuan bahwa makanan dan minuman yang diperoleh itu merupakan anugrah Allah.
Allah berfirman:
فَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah,jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS. An-Nahl 16 : 114) .
Terakhir, marilah kita sama-sama berdoa semoga kehidupan kita diliputi kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.
0 Response to "Kebutuhan Makan dan Minum Menurut Islam"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.